Sabtu, 28 Maret 2015

Batu Akik menjadi Kebutuhan Primer Masyarakat Indonesia




Fenomena batu akik tiba-tiba jadi primadona masyarakat indonesia. Harga jual dari pertambangan rakyat melonjak hingga 500 persen. Di sentra penjualan batu akik terbesar se-Asia Tenggara, Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, pedagang meraup untung hingga 400 persen.
Geliat batu akik juga ketara di Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, yang dihuni 1.400 pedagang akik. Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pedagang Pasar Rawa Bening Tanwir Lubis menyatakan bahwa kenaikan omzet hingga 400 persen dibandingkan tahun lalu dengan omzet pedagang grosiran kecil mencapai Rp 20 juta per hari.
Batu Bacan
Ledakan batu akik yang terbentuk dari aktivitas magma ini memang menggiurkan. Harga yang melambung tinggi membuat orang terlena. Boleh saja jatuh cinta pada kecantikan akik, asal tidak kecanduan lalu menyesal kemudian. Situasi itu bisa memicu masyarakat melakukan penambangan secara pasif tanpa memikirkan dampak buruk terhadap lingkungan. Apalagi ada sekitar 1.000 pencari batu dalam sehari di Nagan Raya dan Aceh Tengah.
Saat ini, kegemaran akan batu akik menjadi fenomena sosial di Indonesia. Di banyak tempat bisa ditemui penjual-penjual batu cincin yang menyediakan berbagai jenis batu akik. Ada banyak alasan seseorang membeli batu cincin dengan berbagai ukuran, mulai dari alasan keindahan hingga alasan klenik (sesuatu yang mengandung hal mistis).
Dengan harga jual batu akik yang sangat beragam tergantung pada warna, tingkat kejernihan, ukuran, dan kekerasan batu. Hal tersebut mengakibatkan rakyat mengubah kondisi masyarakat yang awalnya hanya memikirkan kebutuhan primer menjadi peduli dengan hobinya. Fenomena sosial ekonomi masyarakat di mana dampak kegemaran masyarakat akan batu akik berdampak pada bertambahnya perhatian pada potensi ekonomi batu akik tersebut.
Banyak importir batu dari berbagai negara, seperti Taiwan, Tiongkok, Jepang dan Korea sudah mulai masuk ke pelosok-pelosok Indonesia untuk membeli batu-batu kemudian diolah di negara mereka sendiri. Misal batu bacan dengan berat 5 gram dijual dengan harga Rp. 3 juta- Rp 5 juta per butir. Dengan dua jenis dari batu bacan tersebut yakni bacan doko dan bakan palamea. Bacan doko umumnya berwarna hijau tua dan bacan palamea berwarna kebiruan. Nama doko dan palamea merupakan nama desa di Pulau Bacan tempat diambilnya batu-batu itu.
Potensi batu akik ini seyogyanya Pemerintah Daerah memberikan  perhatian yang lebih besar sehingga apa yang ditawarkan daerah bukan lagi batu-batu mentah tapi yang sudah diolah sehingga memiliki nilai tambah dalam perdagangan batu dan menjadi ikon bagi Indonesia

Demi menjaga keaslian batu akik, pemilik Laboratorium Tasbih Scientific Gemological Laboratory di Pasar Rawa Bening, Yani Abdul Majid mengimbau pencinta batu akik untuk membuat sertifikasi batu. Memang ada sebagian orang yang suka batu akik karena kepercayaan kleniknya. tetapi  tak semua penggemar batu akik percaya akan hal-hal klenik itu yang lebih pasti mereka lebih berpihak dalam nilai estetikanya bukan mistisnya.

Tanggapan : Hobi masyarakat indonesia yang sangat unik
Saran : Lebih baik batu akik indonesia dipatenkan, agar menjadi icon Indonesia di mata Dunia

Daftar Pustaka :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar