Fenomena batu
akik tiba-tiba jadi primadona masyarakat indonesia. Harga jual dari
pertambangan rakyat melonjak hingga 500 persen. Di sentra penjualan batu akik
terbesar se-Asia Tenggara, Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, pedagang meraup
untung hingga 400 persen.
Geliat batu
akik juga ketara di Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur, yang dihuni 1.400
pedagang akik. Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pedagang Pasar Rawa Bening Tanwir
Lubis menyatakan bahwa kenaikan omzet hingga 400 persen dibandingkan tahun lalu
dengan omzet pedagang grosiran kecil mencapai Rp 20 juta per hari.
Batu Bacan |
Ledakan batu akik yang terbentuk dari aktivitas magma ini memang menggiurkan. Harga yang melambung tinggi membuat orang terlena. Boleh saja jatuh cinta pada kecantikan akik, asal tidak kecanduan lalu menyesal kemudian. Situasi itu bisa memicu masyarakat melakukan penambangan secara pasif tanpa memikirkan dampak buruk terhadap lingkungan. Apalagi ada sekitar 1.000 pencari batu dalam sehari di Nagan Raya dan Aceh Tengah.
Saat
ini, kegemaran akan batu akik menjadi fenomena sosial di Indonesia. Di banyak
tempat bisa ditemui penjual-penjual batu cincin yang menyediakan berbagai jenis
batu akik. Ada banyak alasan seseorang membeli batu cincin dengan berbagai ukuran,
mulai dari alasan keindahan hingga alasan klenik (sesuatu yang mengandung hal
mistis).
Dengan harga
jual batu akik yang sangat beragam tergantung pada warna, tingkat kejernihan,
ukuran, dan kekerasan batu. Hal tersebut mengakibatkan rakyat
mengubah kondisi masyarakat yang awalnya hanya memikirkan kebutuhan primer
menjadi peduli dengan hobinya. Fenomena sosial ekonomi masyarakat di mana
dampak kegemaran masyarakat akan batu akik berdampak pada bertambahnya
perhatian pada potensi ekonomi batu akik tersebut.
Banyak
importir batu dari berbagai negara, seperti Taiwan, Tiongkok, Jepang dan Korea
sudah mulai masuk ke pelosok-pelosok Indonesia untuk membeli batu-batu kemudian
diolah di negara mereka sendiri. Misal batu bacan dengan berat 5 gram dijual
dengan harga Rp. 3 juta- Rp 5 juta per butir. Dengan dua jenis dari batu bacan
tersebut yakni bacan doko dan bakan palamea. Bacan doko umumnya berwarna hijau
tua dan bacan palamea berwarna kebiruan. Nama doko dan palamea merupakan nama
desa di Pulau Bacan tempat diambilnya batu-batu itu.
Potensi
batu akik ini seyogyanya Pemerintah Daerah memberikan perhatian yang lebih besar sehingga apa yang
ditawarkan daerah bukan lagi batu-batu mentah tapi yang sudah diolah sehingga
memiliki nilai tambah dalam perdagangan batu dan menjadi ikon bagi Indonesia
Demi menjaga
keaslian batu akik, pemilik Laboratorium Tasbih Scientific Gemological
Laboratory di Pasar Rawa Bening, Yani Abdul Majid mengimbau pencinta batu akik
untuk membuat sertifikasi batu. Memang ada sebagian
orang yang suka batu akik karena kepercayaan kleniknya. tetapi tak semua penggemar batu akik percaya akan
hal-hal klenik itu yang lebih pasti mereka lebih berpihak dalam nilai
estetikanya bukan mistisnya.
Tanggapan
: Hobi masyarakat indonesia yang sangat unik
Saran
: Lebih baik batu akik indonesia dipatenkan, agar menjadi icon Indonesia di
mata Dunia
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar