Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Namun,
makin banyak buah dari luar negeri yang masuk ke pasaran. faktor gizi dan
kualitas yang selalu dilekatkan pada buah impor belum menjamin kesehatan
konsumen. Salah satu faktornya adalah pengawet yang digunakan pada buah impor.
Buah-buah dari luar negeri, terutama Eropa dan AS yang perlu waktu lama untuk sampai. Waktu
pengiriman apel tersebut dari AS butuh 40 hari sampai ke Indonesia.
Pelarangan
impor apel asal AS, khususnya apel yang dikemas di Bidart Bros, Bakersfield,
California, karena ada indikasi terkontaminasi bakteri Listeria monocytogenes.
Listeria monocytogenes adalah bakteri yang dapat mengakibatkan
infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit, dan lanjut usia
serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang sehat yang
terinfeksi mungkin menderita gejala jangka pendek seperti demam tinggi, sakit
kepala parah, pegal, mual, sakit perut, dan diare. Infeksi listeria dapat
mengakibatkan keguguran pada perempuan hamil.
Sudah pasti buah lokal lebih sehat dan segar
daripada buah impor. Karena memang hanya perlu beberapa hari untuk sampai ke
tangan konsumen, sudah pasti buah ini tak memakai pengawet. Pilihan buah dari
lokal pun sangat beragam. Jadi, masyarakat Indonesia lebih baik mengonsumsi
penganan lokal yang juga membantu para petani lokal. Pengawasannya tidak
diskriminatif dan meningkatkan semua produk lokal
Pemerintah perlu menurunkan kuota impor buah.
Alasannya, di samping membantu pelaku industri dalam negeri, kualitas buah
lokal juga tidak kalah dengan buah impor jika industrinya dikembangkan dengan baik.
”Ini bentuk komitmennya terkait kedaulatan pangan dan untuk mengembangkan buah
Nusantara secara bagus.
Terdapat tiga kelemahan buah lokal, yakni
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Untuk mengatasi tiga hal tersebut, pemerintah
harus turun tangan. Rata-rata buah musim di panen hanya bertahan sekitar 1 sampai
1,5 bulanse telah itu hilang.
Ketua Asosiasi Pedagang Hortikultura
Dwi Putra Setiawan mengatakan kondisi pasar buah apel di Indonesia sudah
dikuasai buah impor. Dia memperkirakan 70 persen kebutuhan apel dipasok dari
luar negeri. Ada dua kelompok negara yang memasok apel di Indonesia, yakni di
belahan selatan dari Australia dan Selandia Baru serta di belahan utara dari
Tiongkok, AS, Afrika, serta Brasil.
Kebutuhan apel impor diisi di negara
bagian selatan: Australia dan Selandia Baru sekitar bulan Januari- Juni. Sedangkan bulan Juli sampai Desember, giliran
AS, Tiongkok, dan Afrika yang menyuplai.
Apel asli Indonesia hanya menyumbang
30 persen kebutuhan apel di pasaran. Minimnya produksi buah apel Nusantara,
terutama produksi apel di batu malang. Dengan maraknya apel impor yang
berbahaya tersebut, petani apel di banjirin permintaan apel yang naik drastis
dr harga per-kg Rp. 4000 sampai Rp. 7500,/kg dalam 60 ton sekali permintaan. Sebenarnya
kualitas buah dari Indonesia tidak kalah dengan luar negeri. Apel Indonesia
juga manis. Selain itu, harga buah Indonesia jauh lebih murah. Hanya, jumlahnya
tidak mencukupi kebutuhan pasar. Dia meminta pemerintah membatasi perubahan
lahan pertanian yang dijadikan hunian.
Bukan hanya apel, beberapa buah yang
lain belum bisa tercukupi oleh pemerintah. Misalnya jeruk, anggur, dan pir.
Buah-buah tersebut selalu dicari orang. Namun, jumlahnya yang sedikit,
pemerintah harus melakukan impor buah-buahan tersebut.
Mengenai produk ilegal yang kemungkinan terjadi,
pengecekan akan dilakukan dengan mengambil sampel yang sudah ada di pasaran. Meminta
masyarakat untuk tidak terlalu khawatir, tetapi tetap waspada dalam memilih
buah segar.
Tanggapan : Apel lokal lebih sehat dan higienis
Saran : Lebih baik waspada terhadap buah-buahan impor karena kita tidak menahu tentang proses pengolahannya
Daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar